Rabu, 25 Februari 2009

Ayo...Belajar Menulis

Umumnya anak usia 3 tahun mampu memegang pensil meski belum sempurna. Ia pun gemar mencoret-coret di selembar kertas selayaknya sedang menulis, meniru perilaku menulis dari orang dewasa di sekitarnya. Seiring usia yang bertambah, kemampuan memegangnya pun akan lebih mantap, sehingga ia mampu melakukan aktivitas menulis atau menggambar dengan baik. Keinginan si prasekolah untuk “menulis” atau sekedar menggoreskan pensil di selembar kertas adalah salah satu bagian perkembangan motorik halus anak usia 3 – 5 tahun.
Nah, sejauh mana perkembangan kemampuan menulis yang diharapkan telah dicapai pada usia prasekolah ini? Usia ini adalah tahapan mampu memegang pensil dan meniru aneka bentuk. Nah agar si kecil mau belajar menulis, berikan stimulasi yang dilakuan dalam suasana bermain.


STIMULASI MENULIS

Ø Menebalkan Bentuk
Pilih ,ateri yang merupakan kegemaran atau pusat minat anak. Misal, ia sangat menyukai binatang, nah mulailah dengan aneka gambar binatang. Berikan buku bergambar aneka binatang, kemudian berikan pensil dan minta ia menebalkan gambar aneka bentuk binatang itu. Sambil menunggu ia menyelesaikan gambarnya, ceritakan keistimewaan binatang tersebut. Jadi ada tambahan pengetahuan yang dapat diperoleh.
Ø Mengikuti Garis Putus-Putus / Titik-Titik
Setelah anak mempu menebalkan gambar aneka bentuk binatang, lanjutkan dengan “menggambar” binatang mengikuti garis putus-putus atau titik-titik.
Ø Meniru Bentuk
Kemudian dapat ditingkatkan dengan keterampilan berikutnya, yaitu menirukan bentuk-bentuk geometris, sepeti lingkaran, segitiga, segiempat, dan lain-lain. Guna memperkaya wawasan, minta ia menggambar bentuk benda-bend ayang ada di sekitarnya.
Ø Menggambar Sendiri Aneka Bentuk Geometris
Di usia 4 – 5 tahun anak dapat diminta menggambar sendiri aneka bentuk geometris. Bimbing tangannya agar ia mau menggoreskan pensilnya dan selanjutnya beri kepercayaan pada anak untuk menggambar sendiri.
Ø Mengguntung Kertas dan Bermain Lilin
Stimulasi lain yang dapat diberikan adalah menggunting dan membentuk lilin, bias dilakukan sejak usia 3 tahun. Melalui kedua permainan ini, syaraf-syaraf dan otot-otot pada pergelangan tangan dan jari-jemari anak dilatih.

Mengapa Minat Membaca Rendah....????

Ada beberapa hal yang menyebabkan minat baca di kalangan anak Indonesia tergolong rendah, bahkan terendah di kawasan Asia Tenggara.
· Orang tua yang kurang suka membaca dan enggan membelikan anaknya buku. Tingkat ekonomi yang rendah sering menjadi alas an lemahnya daya beli buku masyarakat. Karenanya, anak-anak tidak akrab dan merasa asing dengan buku serta memiliki minat membaca yang rendah. Mereka menjadi tidak saying buku karena tidak kenal.
· Tradisi lisan merupakan bagian dari masyarakat Indonesia. Tidak ada yang salah dengan hal ini. Hanya saja masyarakat kita yang awalnya bertradisi lisan secara drastic bergerak menuju budaya elektronik seperti televise dan radio, sebelum memasuki budaya tulis. Kita langsung melompat dari tradisi mendongeng ke tradisi menonton sebelum terbiasa dengan tradisi membaca. Tidak heran jika masyarakat, termasuk anak-anak merasa asing dengan buku.
· Kurangnya komitmen sekolah untuk memberikan tugas-tugas yang membiasakan anak untuk membaca, semisal pelajaran bedah buku, mengarang dan lain sebagainya.
· Kurang berkembangnya perpustakaan-perpustakaan di lingkungan warga atau perpustakaan keliling yang memungkinkan anak selalu mempunyai akses dan fasilitas untuk membaca.


CONTOHLAH JEPANG

Untuk menanamkan kebiasaan membaca sejak dini, di Jepang diberlakukan gerakan “20 Minutes Reading of Mother and Child”. Gerakan ini menganjurkan seorang ibu untuk membacakan anaknya sebuah buku yang dipinjam dari perpustakaan umum atau sekolah selama 20 menit sebelum anaknya pergi tidur. (Buletin Pusat Perbukuan, Depdiknas No. 1 Tahun 2000).
Di Indonesia, pemerintah bersama LSM peduli kegemaran membaca telah mencanangkan Gerakan Peningkatan Minat Baca (GPMB) sejak 1986. Gerakan ini merupakan usaha penyadaran bagi orang tua tentang pentingnya membaca mulai tingkat RT, RW, desa, hingga tingkat nasional.
Sayangnya, meski upaya meningkatkan minat baca dan pemenuhan bahan bacaan sudah menjadi agenda utama dalam usaha mencerdaskan kehidupan bangsa, Indonesia masih saja tertinggal dalam hal kegemaran membaca dan pemenuhan bahan bacaan.
Agar minat baca muncul dan terus berkembang, dianjurkan agar kita selalu menciptakan suasana yang membuat anak jadi gemar membaca. Tidaj cukup hanya dengan membelikan buku bacaan bagi anak, sebab orang tua juga harus rajin membeli buku bacaannya sendiri dan membaca. Sekolah dan lingkungan rumah sudah sudah saatnya menyediakan sarana yang membuat anak mudah memperoleh bacaan, berupa perpustakaan-perpustakaan ramah anak yang selalu memperbaharui koleksinya.